NUSA DUA, MEI 2007
Seorang perempuan berparas ayu
Memandang lepas hempasan ombak pantai Nusa Dua
Dia mendekat, untuk merasakan air laut meresap ke pori-pori tubuhnya
Mengalir masuk dalam aliran darahnya
Dan bercampur dengan perih yang dirasakannya
Mata perempuan itu seperti awan gelap yang menyelimuti Nusa Dua
Pekat, dingin, pelan bergerak tanpa tujuan
Dia berdiri di antara karang yang mengapit sudut pantai
Membiarkan helai legam rambutnya beterbangan tanpa arah
Dia seperti berbicara pada angin yang mendesau dengan kerasnya
Angin itu mewakili teriakan hatinya
Yang telah dia matikan hasrat dan harapannya
Perempuan berparas ayu
Merunduk dengan lemah dan pasrah
Menggenggam seonggok pasir yg dilemparkannya ke lautan
Pasir itu adalah serpihan dirinya
yang dibiarkannya diombang-ambing lautan
Untuk dilabuhkan di pulau seberang entah di mana
lalu ditemukan oleh seseorang
Dari seonggok pasir yang dia lemparkan disatukan menjadi istana pasir
Sangat kokoh, meski itu berasal dari pasir yang pernah tergerus ombak
Terombang-ambing lautan dan pernah juga dihempaskan angin
Perempuan berparas ayu dengan kelembutan hati yang terpancar
Berbalik arah meninggalkan pantai yang makin diamuk ombak
Tapi kini dia pergi dengan senyum
Seolah yakin, serpihan dirinya akan menjadi istana pasir sangat kokoh
Di suatu tempat di mana dia akan berlabuh nanti.
Tuesday, February 12, 2008
SENJA (terinspirasi dari jepretan kamera seorang teman, pemandangan senja kali cisadane :D)
SENJA
Senja,
Yang mengantarnya pulang
Meninggalkanku di tepi pengharapan akan kepastian hati untukku
Tidak menyisakan sedikitpun jawaban untuk kusimpan
Galau dalam sampan yg kukayuh demi menjemputnya di ujung harap
Aku memudar bersama senja yang diusir malam
Senja
Tetap tenang dan senyap
Meski bunyi riak gelombang yang tertembus dayung, menembus bathinku
Warna malam yang mulai datang, menggelapkan ruang kosong hatiku
Aku pun larut dalam senyap dan enggan membawa diriku ke tepian
Malam,
Aku harap jangan dulu datang
Demi cahaya senja yang akan mengantar bagian jiwaku kembali padaku
Aku
Tidak pernah letih untuk melabuhkan sampan dalam dekapan senja
Hingga dia datang padaku
Seperti senja yang tak pernah letih dan bosan untuk kembali datang
Meski hanya beberapa menit untuk kemudian dilenyapkan oleh malam
Di ujung senja,
aku bercerita,
yang terkasih tak pernah lagi datang untukku
aku mengerti kini,
melepasnya adalah janji yang pernah kuberi untuk bahagianya.
Senja,
Yang mengantarnya pulang
Meninggalkanku di tepi pengharapan akan kepastian hati untukku
Tidak menyisakan sedikitpun jawaban untuk kusimpan
Galau dalam sampan yg kukayuh demi menjemputnya di ujung harap
Aku memudar bersama senja yang diusir malam
Senja
Tetap tenang dan senyap
Meski bunyi riak gelombang yang tertembus dayung, menembus bathinku
Warna malam yang mulai datang, menggelapkan ruang kosong hatiku
Aku pun larut dalam senyap dan enggan membawa diriku ke tepian
Malam,
Aku harap jangan dulu datang
Demi cahaya senja yang akan mengantar bagian jiwaku kembali padaku
Aku
Tidak pernah letih untuk melabuhkan sampan dalam dekapan senja
Hingga dia datang padaku
Seperti senja yang tak pernah letih dan bosan untuk kembali datang
Meski hanya beberapa menit untuk kemudian dilenyapkan oleh malam
Di ujung senja,
aku bercerita,
yang terkasih tak pernah lagi datang untukku
aku mengerti kini,
melepasnya adalah janji yang pernah kuberi untuk bahagianya.
Subscribe to:
Posts (Atom)