Wednesday, August 12, 2009

Aku di Dekat Matahari

Tanah Lot, 7 Agustus 2009


Sepanjang sore ini, aku hanya ingin disini
Menatap pecahan buih putih bersama suara berat yang mengantarnya ke bibir karang
Angin sungguh sempurna menemaniku yang sedang menunggu matahari kembali ke tempatnya bersemedi.


Dupa-dupa wangi sesekali tercium mengikuti arah angin
Riuh manusia tak sedikitpun membuatku beranjak dari kedamaian yang menyusup pelan
Semua begitu sempurna,
warna matahari, aroma laut bercampur dupa, semilir angin, bunyi dan pecahan ombak, karang yang kokoh.
Teramat begitu sempurna sebagai lukisan nyata yang bisa kunikmati, kuelus, kubawa masuk melewati raga dan berhenti dengan tenang di kedalaman hati.


Aku di dekat matahari,
tetap ingin di sini sampai malam tak menyisakan sinar keemasan berbalut garis-garis perak yang mulai tertutup mendung.
Aku ingin menyempurnakan rasa syukur di hadapan lukisan sempurna ini
Di sini aku tak lebih indah dari buih putih yang tak lelah mendatangi pantai
Tak lebih syahdu dari deburan ombak yang sempurna menyambangi telingaku
Tak lebih kokoh dari karang yang tetap menjulang meski dihantam ombak dan diterpa angin berjuta kali
Tak lebih besar dari bulir-bulir pasir di antara karang


Di dekat matahari,
Aku tak lagi merasa sepi,
Tak lagi merasa duka,
Tak lagi merasa berat,
Apa yang bisa membuatku sepi, duka dan berat
Jika aku masih bisa di sini,
Di dekat sebuah lukisan sempurna


Aku di dekat matahari.

1 comment:

Unknown said...

sooooo sweeeeettttttttt